by Latiful Wahid
Hari itu
Pertiwiku memanggilku dengan lembut
Senyumnya menari indah dibibir manisnya
Ia ingin aku meletakan kepalaku di pangkuannya
Ia ingin aku merengkuh asa bersamanya.
Titah pertiwi bagai titah ilahi bagiku
Mencintai dirinya laksana sebagian iman yang ku punya.
Tanpa harus ku bertanya, kemana aku pergi dan kemana aku mengabdi.
Pasrah diri bersama derap langkah yang terbingkai indah di ujung sanubari.
Langkahku pasti menuju jiwa pengabdi.
Menerobos semak dan rekatnya rimba raya.
Tanpa sanak, tanpa pelita.
Menyusur indahnya alam semesta.
Karunia tersembunyi diliput gaun pengantin bidadari.
Ku mulai hariku dengan hati berbunyi bak dentingan lonceng sangkakala.
Degupan kerasnya menggoyang setiap sudut alam raya.
Kulitku penuh bilur
Terkoyak oleh perbedaan alam yang ku punya.
Pertiwiku menginginkanku membelai setiap bocah lugu bertelanjang dada.
Agar mampu berlari dengan terompah pena tuk mengarungi kerikil dan debu semesta.
Agar mampu menjinakkan ganasnya perang di padang Kurusetra.
Agar mampu melunakkan tumpukan baja berkarat yang teronggok menjadi alat berguna bagi peradaban manusia.
Rimba itu
Kini telah ku jinakan waktu demi waktu
Rimba itu
Kini telah berkenan bernyanyi bersamaku
Rimba itu
Berselimut pelangi yang siap melahirkan para laskar didikanku.
Pertiwiku
Izinkan aku mengait semua waktu yang pernah ku lalui dengan goresan pena dalam prasasti sucimu.
Biar asa ini tetap bergejolak sampai ragaku rapuh dimakan rayap-rayap usia.
Biar jiwaku tetap utuh terpatri dalam setiap relung nan menginspirasi.
Biar namaku tetap meninggalkan jejak langkah di atas batu nisanku yang pasti punah
Kudus, 11 Desember 2020
(Puisi essai ini ku goreskan buat sahabatku semua Guru Pengabdi di seluruh pelosok negeri)
Kunjungi Pasar, Pj. Bahtiar Hendak Pastikan Bahan Sayuran Produksi Petani Mamasa
BPW HIPKA SULBAR DORONG BNPB LEBIH MASIF DALAM PENCEGAHAN BENCANA DAN KOLABORASI SEMUA PIHAK DEMI PERTANIAN BERKELANJUTAN
Antisipasi Lonjakan Harga Jelang Bulan Ramadhan, Enam Kabupaten Serentak Lakukan Pasar Murah