Kelas Film Manakarra Jadi Sarana Edukasi Berisi Pesan Moral, Kreativitas Pemuda Sulbar

MAMUJU – Pitu Sinema launching sebanyak tiga judul film pendek karya terbaik pemuda asal Sulbar yang tergabung dalam Kelas Film Manakarra. Tiga film pendek itu berhasil dibuat setelah melalui proses yang cukup panjang, mulai dari materi, pra produksi hingga produksi.

Tiga film pendek yang menjadi sarana edukasi dan mengandung pesan-pesan moral bagi para penontonnya itu diangkat dari kisah nyata, pengalaman produser hingga pemain dari film-film itu, khususnya film dengan judul Simpang Jalan dan Haruskah.

Sementara itu film dengan judul Pulang, juga diangkat dari kisah nyata yang pernah terjadi di Kabupaten Mamuju, kemudian dipadukan dengan sejarah yang dimiliki oleh Mamuju, Sulbar, sendiri.

Hal itu disampaikan Bidang Pemrograman Pitu Sinema, Ikhwan Wahid, saat diwawancarai usai melakukan launching tiga film pendek, Minggu (18/2/2024). Dia mengungkapkan, film-film itu berangkat dari realitas sosial yang terjadi.

“Sehingga saya sampaikan, film bukan hanya sebuah media hiburan, tapi film bisa menjadi sebuah media yang kita gunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral atau menyampaikan pesan-pesan tertentu ke publik,” kata Ikhwan Wahid.

Ikhwan Wahid pun menjelaskan, masing-masing film yang dilaunching hari ini memiliki pesan moral yang berbeda dan perbedaannya sendiri dapat dilihat dari kisah yang diangkat. Misalnya, film dengan judul Simpang Jalan yang berisi kritik terhadap dunia pendidikan.

“Film pendek yang berjudul Simpang Jalan ini, memang murni kritik keras terhadap pendidikan hari ini. Dimana, di ruang-ruang pendidikan kita terjadi persekongkolan korupsi yang terjadi, baik dilingkungan mahasiswa maupun di pengelola kampus sendiri. Dan ini bukan hanya di Sulbar, bahkan dibeberapa perguruan tinggi di Indonesia,” ungkapnya.

Sedangkan film yang berjudul Haruskah, kata Dia, berisi tentang kritikan keras terhadap stigma masyarakat Sulbar pada umumnya yang kadang mengukur keberhasilan seseorang dengan status sosial. Utamanya, bagi setiap orang yang menganggap keberhasilan seseorang terbukti jika sudah berstatus ASN.

“Film Haruskah ini kemudian mencoba untuk mengkritik sebuah stigma bahwa keberhasilan atau mengukur keberhasilan seseorang dari statusnya sebagai ASN. Nah, ini kita mencoba untuk mengikis tema-tema yang seperti ini atau hal-hal yang seperti ini,” ujar Ikhwan Wahid.

Kemudian yang ketiga dengan judul Pulang, kata Ikhwan Wahid, memiliki perbedaan dengan dua judul film pendek sebelumnya. Film ini memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi, lantaran mengandung perpaduan antara realitas dengan story atau sejarah.

“Sebenarnya ini film yang agak rumit karena mencoba memadukan antara realitas yang pernah terjadi di Mamuju ini dengan aspek story atau sejarah Mamuju sendiri. Seperti yang kita tahu bahwa Mamuju dikenal sebagai sebuah daerah yang memiliki sejarah peradaban tertua di Nusantara yang ini kita tarik dalam sebuah film. Di film itu, ada berbicara tentang abad ke dua Masehi, tentang patung Ambarwati sebagai Dewi Laut. Nah, ini yang coba kita padukan bagaimana Dewi Laut atau patung Ambarwati ini sebagai situs sejarah, masuk kedalam film dan disinkronkan dengan kisah nyata seorang yang hilang di lautan,” pungkasnya.

Dia pun berharap, Kelas Film Manakarra yang digagas Pitu Sinema dapat menjadi trigger atau pemicu kebangkitan industri perfilman di Sulbar. Apalagi, Sulbar bakal menjadi wilayah yang dekat dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang rencananya akan diresmikan 17 Agustus 2024 mendatang.

“Kita berharap, melalui kegiatan kelas film yang kita kerjakan secara programatik setiap tahunnya, dan kita berharap ini dapat menjadi sebuah trigger atau pemicu kebangkitan industri perfilman di Sulbar. Kita berharap momen-momen seperti ini mendapatkan banyak dukungan dari semua pihak, tidak hanya dari teman-teman kreator film, tapi kita berharap pemerintah secara total, full memberikan dukungan terhadap anak-anak muda pelaku ekonomi kreatif. Kita sangat gencar mendorong peningkatan SDM di sektor industri kreatif seperti perfilman ini karena kita merasa tahun ini menjadi sebuah momentum yang sangat menarik untuk Sulbar, ketika peresmian ikn di Agustus nanti,” tutur Ikhwan Wahid. (**)

About Author

Spread the love