BATAM _ Transisi energi dari pemanfaatan energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT) menjadi salah satu tantangan bagi pebisnis mingas di era mendatang.
Muh Arifain Makkulau SH. MH Salah satu pebisnis migas dari perusahaan PT ARINA VERITAS NUSANTARA (AVN) mengatakan Bisnis konstruksi di sektor minyak dan gas (MIGAS) sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal, sehingga sulit untuk menentukan dengan pasti sampai kapan bisnis tersebut dapat bertahan. Namun, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi masa depan bisnis konstruksi MIGAS antara lain:
Faktor Penentu dalam Bisnis Konstruksi MIGAS:
1. Permintaan Energi Global
Permintaan akan energi, terutama minyak dan gas, akan terus ada selama ekonomi global bergantung padanya. Namun, ada pergeseran menuju energi terbarukan yang dapat mempengaruhi permintaan energi fosil dalam jangka panjang.
2. Harga Minyak dan Gas
Harga minyak dan gas sangat mempengaruhi investasi di sektor ini. Volatilitas harga dapat mengakibatkan penundaan atau pembatalan proyek-proyek konstruksi, sementara harga yang tinggi dapat mendorong lebih banyak investasi.
3. Teknologi dan Inovasi
Perkembangan teknologi dalam eksplorasi, produksi, dan pengolahan minyak dan gas akan terus mempengaruhi cara bisnis di sektor MIGAS dilakukan. Perusahaan konstruksi yang mampu beradaptasi dengan teknologi baru akan tetap bersaing.
4. Kebijakan Regulasi
Kebijakan pemerintah terkait lingkungan, perpajakan, dan regulasi sektor energi dapat mempengaruhi investasi dan operasi perusahaan di sektor MIGAS.
5. Perubahan Permintaan Global
Perubahan dalam permintaan global untuk produk-produk MIGAS dapat mempengaruhi proyek-proyek konstruksi di berbagai wilayah.
6. Kestabilan Politik dan Geopolitik
Kestabilan politik dan geopolitik di wilayah produsen minyak dan gas juga memainkan peran penting dalam investasi dan operasi perusahaan di sektor ini.
Proyeksi Masa Depan:
“Berdasarkan tren saat ini, bisnis konstruksi di sektor MIGAS masih memiliki potensi pertumbuhan dalam jangka pendek dan menengah. Namun, transformasi menuju energi terbarukan dan tekanan untuk mengurangi emisi karbon dapat mengubah landscape industri ini dalam jangka panjang, “kata Muh Arifain, Kamis 12 Juni 2024.
Sementara itu, bisnis konstruksi MIGAS juga dapat bertahan dengan cara beradaptasi dan diversifikasi. Misalnya, mengembangkan kemampuan dalam proyek-proyek energi terbarukan atau layanan terkait infrastruktur yang mendukung industri minyak dan gas.
“Penting untuk dicatat bahwa proyeksi ini dapat berubah sesuai dengan dinamika pasar dan perkembangan teknologi. Bisnis konstruksi MIGAS yang berhasil akan terus berinovasi, beradaptasi dengan perubahan, dan menjaga kualitas layanan mereka untuk bertahan dalam lingkungan yang berubah secara dinamis.”tutup Muh Arifain Makkulau (**)
Tanggal 18 April Wagub Sulbar Akan Umumkan Nama-nama Yang Kuasai Randis Belum Kembalikan
Senter KIM Melibatkan Berbagai Komunitas, Suraidah: Mereka Bisa Jadi Mitra Strategis Pemerintah
Pemdes Massewae Bentuk Koprasi Desa Merah Putih SULSEL-